ORANG BUGIS: JATI DIRI MANUSIA BUGIS WAJO
Hampir tak ada
negeri yang tidak didatangi orang Wajo. Sampai ke ujung duniapun asalkan ada
peluang bisnis dan iklim yang menjamin kebebasan berusaha. Orang Wajo akan
datang. Perumpamaan itu
tak lain untuk menunjukkan betapa sifat kewiraswastaan (interpreneurship)
telah mendarah daging pada setiap pribadi orang Wajo. Sifat ini
dituntun pesan leluhur : aja mumaelo natunai sekke, naburuki labo (jangan
terhina oleh sifat kikir dan hancur oleh sifat boros).
Berpegang pada
Tellu Ampikalena To WajoE (tiga prinsip hidup), tau'E ri DewataE,
siri'E ri padatta rupatau, siri'E ri watakkale (ketaqwaan kepada Allah
SWT, rasa malu pad orang lain dan pada diri sendiri), orang Wajo memiliki
etos kerja, resopa natinulu natemmangingngi, namalomo naletei pammase
Dewata Seuwae (hanya dengan kerja keras, rajin, dan ulet, mendapat
keridhaan Allah SWT)
Orang Wajo
senantiasa mendambakan terciptanya iklim kebebasan berdasarkan prinsip,
Maradeka To WajoE, najajiang alaena maradeka, napoada adanna, napobbicara
bicaranna, napogau gaunna, ade assemmaturesennami napopuang (Orang Wajo
dilahirkan merdeka, bebas berekspresi, bebas bicara, dan menyatakan pendapat,
bebas berbuat, hanya hukum berlandaskan permusyawaratan yang dipertuan).
Berpenduduk
400.000 jiwa, Wajo memiliki potensi SDM yang handal. Apabila potensi ini
berhasil dipadukan dan diberdayakan, bisa dipastikan, masyarakat Wajo meraih
kehidupan lebih baik di hari esok. Penggalangan potensi akbar ini (termasuk
orang Wajo yang berdiam di luar daerah) bukan mustahil diwujudkan mengingat
orang Wajo memiliki semangat riassiwajori yang terkandung dalam prinsip
kebersamaan, mali siparappe, rebba sipatokkong, malilu sipakainge (hanyut
saling menolong, jatuh saling membantu untuk tegak kembali, khilaf saling
mengingatkan).
Dalam seminar
terungkap kemajuan Wajo, terutama di bawaha kepemimpinan Arung Matoa
(Presiden), yaitu :
1. La Tadampare
Puangrimaggalatung
2. Petta
Latiringeng To Taba Arung Simettengpola
3. La Mungkace
Toaddamang
4. La Sangkuru
Patau
5. La Salewangeng
To Tenriruwa
6. La Maddukelleng
7. La Pariusi To
Maddualeng
Seminar
menyimpulkan sejarah kelahiran Wajo dalam 6 (enam) versi, yaitu :
1. Puang Rilampulungeng
2. Puang
Ritimpengeng
3. Cinnongtabi
4. Boli versi
Kerajaan Cina
5. Masa
ke-Batara-an
6. Masa ke-Arung
Matoa-an
Peserta seminar
sepakat untuk menetapkan momentum Hari Jadi Wajo pada masa pelantikan Batara
Wajo I La Tenri Bali, tahun 1399, dibawah sebuah pohon besar (Bajo). Tempat
pelantikan Batara Wajo I ini sampai sekarang masih ada, bernama Wajo – Wajo di
daerah Tosora Kecamatan Majauleng. Tanggal 29 Maret dipilih sebagai hari 'H'
yakni peristiwa kemenangan pasukan Wajo dibawah kepemimpinan La Maddukelleng di
Lagosi terhadap pasukan Kompeni yang membantu Bone. Perang tersebut merupakan
simbol anti penjajahan. Keputusan seminar dikukuhkan melalui Surat Keputusan
DPRD Wajo No. 12/1995 tangal 7 Juli 1995.
Komentar
Posting Komentar