CELEBES EN ONDERHOORIGHEDEN
Celebes en
Onderhoorigheden
Di
wilayah yang diperintah secara langsung selama tahun berjalan kondisi politik
sangat menguntungkan. Gangguan keamanan tidak terjadi. Sementara Kraeng
Bonto-Bonto, pemimpin kerusuhan yang terjadi selama beberapa tahun di
Noorderdistrict dan hampir semua anggota keluarganya menunjukkan bukti semakin
lama semakin mendekat kepada pemerintah kita, saudaranya Kraeng Ujung masih
meneruskan berbuat kesulitan dengan mengganggu urusan kita. Karena tidak
sependapat dengan sedikitnya hasil usahanya, Kraeng Ujung mencoba untuk
merepotkan pemerintah dengan cara lain, yakni dengan mendorong perkembangan
baru di Noorderdistrict seperti apa adanya. Dia bersama putranya bupati
Labakkang tiba untuk memberitahu kepala pemerintah wilayah bahwa mereka karena
takut terhadap kerusuhan yang mendekat, memutuskan untuk meninggalkan wilayah
pemerintah dan tinggal di Goa. Tetapi ketika diberitahukan bahwa mereka bisa
bertindak sesuai persetujuan dan dari bupati sebuah permohonan diajukan bagi
pengunduran diri, kondisi ini berubah, berani mengungkapkan bahwa dia tidak
berniat meletakkan jabatan dan hanya bertindak atas hasutan ayahnya. Perlakuan
ramah ditunjukkan kepada bupati, tetapi Kraeng Ujung mendapatkan kesanggupan
bahwa dia berpegang teguh pada janji dan di Goa harus tinggal, yang juga
dipenuhinya. Sejak itu dia tidak lagi tinggal di Labakkang, dan karena tidak
lagi bisa berangkat ke sana tanpa seijin pemerintah, pengaruhnya merosot tajam.
Pergerakan di bidang agama tidak
muncul. Toh wilayah ini tampaknya tidak dilupakan oleh para ulama Islam. Jadi
salah satu orang Arab yang tiba dari Jawa diam-diam tinggal di Goa di mana dia
kemudian mengaku sebagai kalifah. Raja Goa yang ditanya oleh Gubernur sebaliknya
mengirimkannya kembali ke Makasar dan karena hanya bisa mnunjuukan surat ijin
bagi Jawa, gubernur memerintahkan pengirimannya ke Surabaya. Kondisi kesehatan
pada tahun 1882 umumnya masih perlu dipertimbangkan. Di berbagai daerah wilayah
itu, selama sebagian besar tahun itu kolera melanda, yang meminta banyak
korban. Juga beberapa daerah kerajaan yang paling parah penduduknya dikirimi
dari pihak pemerintah sarana obat-obatan, yang bantuannya diterima dengan baik.
Harga kopi yang rendah dan wabah
kolera memiliki pengaruh yang merusak pada perdagangan. Terutama perdagangan
dalam kain dan penjualan barang-barang mewah bagi warga pribumi berada dalam
kondisi yang tidak menguntungkan. Panen padi dan kopi hanya memberikan
penghasilan sedikit. Di kerajaan Bone dan Tanette, seperti juga di
kerajaan-kerajaan pribumi lainnya, ketenangan umumnya tetap terjaga, meskipun
pertarungan pemilihan atas pendudukan tahta di Sidenreng terus berlangsung
sejak bulan Mei 1882 ketika raja wafat, baik dalam persekutuan Ajataparang yang
dipimpin oleh Sidenreng maupun di kerajaan-kerajaan Wajo, banyak orang ikut
terlibat. Karena raja Sidenreng yang meninggal (sekaligus kepala Rappang)
adalah saudara aru matowa atau
penguasa tertinggi Wajo dan dia memiliki pengaruh yang besar padanya, Sidenreng
oleh raja-raja Wajo dianggap sebagai termasuk sekutu mereka dan dengan demikian
mereka menduga bisa menegakkan tuntutan atas kekosongan kursi kekuasaan. Di
samping putra sulung raja yang sah, Sumanga Ruka yang berbakat dan mempunyai
pengetahuan, juga tampil dan aru matowa
Wajo serta dua pangeran Wajo yang bersekutu dengan dinasti raja-raja Sidenreng
sebagai pewaris tahta, mereka tidak memiliki sarana untuk mencapai tujuannya.
Sebaliknya Sumanga Rukka (yang pengangkatannya sangat membantu kepentingan pemerintah)
bertumpu pada hak-haknya, yang pada tahun 1861 diakui oleh almarhum ayahnya dan
hadat Sidenreng, tidak berambisi bagi pemilihannya meskipun dia dengan
kepergiannya yang lama dari Sidenreng (sejak 1872 dia secara bergantian tinggal
di Makasar dan Sawito) telah merasa kehilangan banyak hal di sana. Gubernur
menduga dalam kondisi ini untuk mencoba mengubah sikap netral yang ditunjukkan
sebelumnya dan seorang pejabat dikirim ke Sidenreng untuk membicarakan
kepentingan Sumanga Rukka bersama hadat dan para bangsawan, bukan hanya karena
dipastikan bahwa melalui pemilihannya keinginan almarhum raja akan terpenuhi,
tetapi juga karena Sumanga Ruka merupakan satu-satunya calon yang bisa
diharapkan agar dia berusaha melepaskan Sidenreng dari pengaruh Wajo yang sejak
lama ada. Hasil pemilihan ini, yang baru berlangsung di Rappang pada akhir
November, sepenuhnya menguntungkan Sumanga Rukka, yang beberapa hari sebelumnya
tiba dari Sawito ke Rappang, menyatukan semua suara pemilih dan dalam
pelantikannya yang terjadi beberapa minggu kemudian (dengan penguburan almarhum
raja pada tanggal 1 Januari), juga lewat pilihan rakyat diakui sebagai raja
Sidenreng dan Rappang. Dalam pelantikan ini, semua raja persekutuan
Ajataparang, beberapa orang raja Wajo dan hampir seluruh penduduk pria
Sidenreng hadir. Perlu disampaikan bahwa di antara raja-raja Wajo yang tidak
hadir termasuk aru matowa, sepreti
juga Aru Padali yang berpengaruh (yang disebutkan dalam laporan tahun 1881
halama 18), dan meskipun demikian Aru Padali beberapa bulan sebelumnya telah
mengerahkan pasukan, yang disebut-sebut menunjukkan penghormatan kepada
almarhum raja Sidenreng dan Rappang. Melalui penampilan Sumanga Rukka sebagai
kepala persekutuan Ajataparang, usaha Wajo untuk membuat pengaruhnya terasa di luar
batas-batasnya digagalkan. Juga bagi Sidenreng, pemerintahan raja baru ini
menjanjikan banyak harapan, asalkan dia menunjukkan kebijakan yang diperlukan
dalam rencana pembaharuannya dan juga tidak mau terlibat dalam tindakan yang
memberi alasan Wajo untuk bereaksi. Salah satu tindakan pertamanya, yang
kebetulan juga didukung oleh Gubernur karena penduduk Sidenreng dibebaskan dari beban yang menindas, adalah
penghapusan monopoli atas penjualan tembakau dan sirih. Juga tujuan Sumanga
Rukka adalah melarang dengan tegas adu ayam dan perjudian, tetapi dia belum
membuat keputusan tentang hal ini atas nasehat Gubernur yang menganggap saatnya
belum siap untuk itu.
Terkecuali raja-raja Wajo yang
sambil menunggu proses pergantian tahta Sidenreng menarik diri, dari banyak
raja pribumi di Celebes bisa dikatakan bahwa hubungan mereka dengan pemerintah
tidak perlu dikhawatirkan. Terutama ini terjadi dengan para penguasa Bone dan
Goa, yang semakin banyak mendekat kepad akita. Kepada ratu Bone, oleh Gubernur
suatu kunjungan dilakukan. Di wilayah Soppeng, pada bulan Agustus 1882 Datu
Bakka meninggal, suami dari ratu Tanette yang pada tahun-tahun sebelumnya
(lihat laporan tahun 1873 halaman 21) mempersulit pemerintah. Juga pada bulan
Pebruari 1882 salah seorang raja di pulau Sumbawa meninggal, yakni sultan Dompo
yang digantikan oleh putra sulungnya. Di daerah Sumbawa, juga di pulau itu,
masih selalu ada jabatan perdana menteri yang tidak terisi (bandingkan dengan
laporan sebelumnya halaman 19).
Pada bulan Oktober 1882 (18), oleh
seorang pejabat dari Makasar kondisi dipantau di daerah pemukiman Bugis di
teluk Kendari atau Vosmaer (di sisi timur semenanjung tenggara Celebes), juga
dengan tujuan untuk memberi informasi penduduk sejuh diperlukan tentang jalur
pelayaran kapal uap bulanan yang dilakukan dari pihak pemerintah antara Kendari
dan Makasar (lihat laporan sebelumnya halaman 90). Dari pihak misi Katolik di
Hindia Belanda, ada pemikiran untuk mengirimkan seorang pastur ke teluk
Kendari, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan tentang cara
yang cocok untuk mempersiapkan dari sana karya zending di antara suku Alfur di
pedalaman. Gambaran tentang penempatan sebuah post zending Katolik di teluk
Kendari tidak menemukan kesulitan baik pada Gubernur Celebes maupun pemerintah
Hindia. Oleh kapal perang uap Sumatra
dan Bandjarmasin sepanjang tahun di
perairan pangkalan Celebes bendera dikibarkan. Kapal Sumatra mengunjungi Pare-Pare berulang kali dengan tujuan untuk
mendekat karena persaingan pemilihan raja di Sidenreng.
(207)Hasil-hasil
panen padi pada tahun 1882 pada umumnya tidak disebut menguntungkan. Di
Oosterdistrict tanaman sangat menderita karena musim kemarau, sementara di
dataran Noorderdistrict hujan deras
selama musim potong tanaman menimbulkan banyak kerugian. Selain itu penggarapan lahan di sana-sini masih
memprihatinkan sebagai akibat dari wabah kolera yang sangat mengganggu penduduk
bagi kerja lapangan. Untunglah dalam kekurangan beras ini untuk sementara bisa dipasok
dengan pengangkutan dari Bali dan tempat lain, seperti juga melalui hasil yang
berlimpah dari tanaman kedua. Hewan ternak kembali tidak memadai, mengingat
peternakan pada tahun 1882 seluruhnya pulih dari kerugian sebagai akibat
penyakit hewan yang dialami pada tahun 1877 dan 1878 dengan impor dan pembiakan
hewan.
Jagung yang di wilayah ini menduduki
posisi utama di antara tanaman pangan, hanya di beberapa distrik afdeeling
Makasar dan Takalar di sawah-sawah kering sebagai tanaman kedua dibiakkan. Di
tempat lain terutama di pulau Selayar dan di tanah-tanah Toratea di afdeeling
Zuiderdistrict (daerah-daerah tempat produksi padi rendah) jagung seperti juga
di afdeeling Zuiderdistrict kacang, ditanam sebagai tanaman pertama. Kedua
tanaman di sana merupakan komoditi ekspor penting. Masih ada berbagai jenis ubi
yang ditanam dengan hasil yang baik.
Meskipun di Selayar ekspor kelapa
dalam kondisi kering (kopra) merosot tajam sebagai akibat dari rendahnya harga
jual, toh sejumlah besar kelapa dan minyak dijual. (208) Baik di wilayah
pemerintah maupun di kerajaan-kerajaan pribumi wilayah ini, tanaman kopi sangat
banyak dikelola sementara mereka masih mengalami perluasan. Di dataran tinggi
wilayah pemerintah, di sana-sini tidak ada lagi ditemukan tanah kopi yang
sesuai. Bagian wilayah pemerintah penghasil kopi adalah distrik Kabupaten
Pegunungan dan Segeri di afdeeling Noorderdistrict, distrik Bontain di
afdeeling Zuiderdistrict, seluruh afdeeling Oosterdistrict dan pulau Selayar.
Tentang jangkauan tanaman dan
produksi tidak ada laporan terpercaya yang tersedia. Karena cuaca basah, pada
tahun 1882 lebih sedikit yang dipanen daripada tahun 1881, sementara kondisi
produk melalui sedikitnya perhatian pada pemetikan dan pengolahan, seperti
biasanya sangat memprihatinkan. Dair beberapa daerah, juga dari daerah
pemerintah, beberapa kopi langsung diekspor ke Singapura melalui kota pelabuhan
Makasar, tetapi sebagian besar diangkut ke Makasar dengan perahu atau kapal uap
dan dari sana dikapalkan lebih lanjut. Ekspor kopi Makasar dilaporkan pada
tahun 1880, 1881 dan 1882 sebanyak 113.172, 97.278 dan 119.512 pikul yang
berasal dari daerah pemerintah menurut penafsiran mencapai 78.000, 53.000 dan
89.000 pikul. Jumlah pertama (termasuk juga beberapa kopi dari Karesidenan
Timor) dikapalkan dengan tujuan berikut ini
Tujuan
ekspor
|
1880
|
1881
|
1882
|
Ke
Belanda
|
55.767
|
72.939
|
71.381
|
Ke
Perancis
|
-
|
812
|
-
|
Ke
Amerika
|
27.095
|
-
|
19.289
|
Ke
Singapura
|
21.495
|
16.716
|
16.181
|
Ke
Jawa dan bagian lain Hindia Belanda
|
8.815
|
6.811
|
12.661
|
Di wilayah pemerintah, penduduk menawar bagi
produk yang dijual di pasar, sesuai dengan letaknya di dekat atau jauh dari
tempat produksi, dengan harga f 15-30 per pikul (dibandingkan f 15-25 pada
tahun 1881). Tetapi terutama penduduk membawa kopi ke tempat-tempat ekspor bisa
dilakukan ke Makasar di berbagai afdeeling; di tempat-tempat ini harga
sepanjang tahun berkisar dari f 18 sampai f 25 per pikul. Tentang harga
penjualan di kerajaan-kerajaan pribumi tidak ada angka yang disebutkan. Hanya
orang menemukan catatan bahwa cukai pengangkutan dan ekspor yang dipungut atas
kopi sering mencapai 30-40 persen dari nilai.
Perusahaan perkebunan yang baru
belum ada pada tahun 1882. Tentang tanah-tanah partikelir (di afdeeling Makasar
dan daerah sewaan Maros dan Pangkajene di afdeeling Noorderdistrict) hal serupa
seperti yang dikatakan dalam laporan sebelumnya berlaku. Bagi penafsiran dalam verponding tanah-tanah ini ditafsirkan
menurut nilai kira-kira f 246.000 termasuk f 215.000 bagi 22 dari 24 perkebunan
di afdeeling Makasar dan kira-kira f 31.000 bagi 10 dari 11 afdeeling
Noorderdistrict. Di tanah-tanah sewaan (dengan uang sewa tahunan f 15 per bahu)
pertanian padi dan kelapa Layang Totaka bekerja, juga di afdeeling Makasar;
hasilnya dikatakan tidak bisa menutup uang sewa. Perkebunan kopi Bakungan yang
dibuka di distrik Bonthain (afdeeling Zuiderdistrict) di tanah sewaan pada
tahun 1882 telah menanami 325 dan 457 bahu dengan kopi. Perkebunan ini baru
dibuka pada tahun 1878. Pada tahun 1882 hasilnya adalah 220 pikul kopi,
dibandingkan 300 pikul pada tahun 1881. Ada 125 pekerja yang berasal dari
Selayar ditempatkan di sana, yang saling bersepakat dan menerima upah f 8 per
bulan di samping 1 ¼ kati beras per hari. Petak tanah Batu Bassi (afdeeling
Noorderdistrict) yang telah disanggupi disewakan tetapi belum diterima pada
akhir tahun 1882 , seperti yang dimaksud di halaman 84-85, juga tampaknya
dimaksudkan untuk penanaman kopi
terutama untuk membibitkan kopi Liberia. Pemohon (salah satu pemilik
tanah partikelir yang dimaksud di atas) memiliki tanaman percobaan dalam ukuran
kecil (lihat laporan sebelumnya halaman 211 tentang kopi) yang selalu
berkembang baik.
Eksploitasi guano di tanah Baars
(atau Kabia) yang disewa pada tahun 1879 hanya selama 10 tahun, pada tahun 1882
tidak diteruskan dengan giat. Orang hanya mendapatkan 7 ribu pikul guano,
dibandingkan 6 ribu pada tahun 1881. Tentang perkebunan ini, seperti halnya
tentang permohonan konsesi yang sama, keterangan telah dibuat di halaman 84-85.
Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1884-1885
Komentar
Posting Komentar