SULAWESI DAN DAERAH TAKLUKANNYA 1888
CELEBES EN ONDERHOORIGHEDEN
(24) Di wilayah pemerintah, ketenangan tetap tidak terganggu. Jika penghasilan dari pertanian dalam arti umum bisa disebut berlimpah, rendahnya harga kopi membuat uang lebi sedikit beredar daripada tahun-tahun sebelumnya dan sebagai akibatnya perdagangan tertekan. Di beberapa tempat penyakit cacar dan kudis melanda, tetapi tidak bersifat wabah yang parah. Kondisi di daerah-daerah yang berada di bawah pemerintahan raja-raja menunjukkan sedikit perbedaan dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya. Di Bone suatu jarak antara para anggota pemerintahan kerajaan dan Karaeng Popo, suami ratu, terjadi yang campur tangannya dalam urusan pemerintahan beresiko membawa arah kesulitan, yang melalui perantaraan sementara dari Gubernur bisa dicegah, yang di sini tertolong oleh raja Goa, kakek Karaeng Popo.
Para penguasa Waho sepanjang tahun tidak begitu menjaga jarak terhadap pemerintah dibandingkan dahulu dan dan juga tampaknya ingin menjalin hubungan persahabatan dengan raja Sidenreng yang baru, meskipun di Wajo pada mulanya banyak yang lebih suka melihat pemerintahan atas Sidenreng diberikan kepada orang lain. Desas-desus bahwa masalah ahli waris di antara anggota keluarga raja Sumbawa yang wafat pada tahun 1883 mengarah pada kerusuhan, terbukti dalam penelitian setempat tidak beralasan. Sementara itu sejumlah pangeran Goa dengan pasukan bersenjata diam-diam dikapalkan ke Sumbawa untuk melindungi kepentingan saudaranya, anak tiri almarhum raja, jika perlu dengan kekerasan. Raja Goa tidak segera menarik pasukannya setelah kedua pangeran itu berdamai dan menjatuhi denda atas tindakan mereka. Ketika beberapa minggu kemudian kampung Arab di dekat ibukota Sumbawa terbakar, muncul pemikiran bahwa orang-orang Goa yang diam-diam tinggal di sana membakar untuk bisa merampok dan menjarah dalam kekacauan itu. Suatu gerombolan dari Gowa kemudian singgah di Sumbawa, tetapi setelah kebakaran di sana menarik diri. Di Bima seperti halnya di Sumbawa, baru pada bulan Desember 1884 terjadi pelantikan sultan yang baru dipilih pada tahun 1881. Tujuan misi Katolik untuk mendirikan sebuah pos zending di daerah pantai Laiwui yakni di teluk Kendari atau Vosmaer, belum terlaksana pada tahun 1884.
(199)Di Oosterdistrict, tanaman padi pada mulanya menderita banjir, setelah itu musim kemarau dan hewan liar. Meskipun di tempat lain di wilayah itu tidak dialami gangguan, toh impor tinggi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bagi kebutuhan setempat. Banyak beras yang biasanya datang dari Bali. Jagung setelah beras merupakan bahan pangan utama penduduk di daerah ini, biasanya ditanam sebagai tanaman pertama; hanya di sebagian afdeeling Makasar dan Onderafdeeling Takalar (Zuiderdistrict) jagung muncul sebagai tanaman kedua.
Dari pulau Selayar tempat orang menemukan kebun kelapa terpenting di wilayah ini, pada tahun 1884 diekspor kira-kira 700 ribu kelapa dan 3853 pikul minyak terutama diangkut ke daratan Sulawesi, Bali, Surabaya, Buton dan Flores. Tanaman kopi bagi penduduk wilayah ini tetap menjadi sumber penghasilan utama. Di sana-sini tanaman ini masih diperluas, tetapi di beberapa daerah pegunungan hampir tidak ada lahan kopi cocok yang dijunmpai. Sebagai akibat dari kondisi cuaca yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pembuahan, panen berhasil baik. Ekspor di Makasar (200) pada tahun 1882, 1883 dan 1884 berjumlah 119.512, 116.609 dan 115.602 pikul termasuk kopi dari wilayah raja-raja yang ditafsirkan sebanyak 30.000, 40.000 dan 29.000 pikul.
Tujuan dalam pengapalan dilaporkan sebagai berikut;
Tujuan ekspor
|
1882
|
1883
|
1884
|
Ke Belanda
|
71.381
|
86.257
|
78.106
|
Ke Amerika
|
19.289
|
6.364
|
6.739
|
Ke Singapura
|
16.181
|
11.095
|
15.225
|
Ke Jawa dan bagian lain Hindia Belanda
|
12.661
|
12.893
|
15.532
|
Di kota pelabuhan (Bontain dan Bulukumba, Balangnipa dan Maros) tempat produk ini dikapalkan ke Makaasar, pembelinya membayar f 14-25 per pikul, dibandingkan f 16 – 25 pada tahun 1883. Pada pemetikan dan pengolahannya, penduduk tidak begitu memperhatikan.
Sehubungan dengan tanah-tanah partikelir dan perkebunan yang dibuka di tanah sewaan atau tanah guna usaha di wilayah ini, terutama hal serupa berlaku seperti yang disebutkan di laporan sebelumnya. Sehubungan dengan perusahaan hak guna usaha Bakungan dan Kutuku (beberapa tanah tempat produk ini ditanam bagi pasaran Eropa) hanya perlu dicatat bahwa di Bukungan pada tahun 1884 sebanyak 50 pikul kopi dipanen, dibandingkan 500 pikul pada tahun 1883, dan di sana masih ada 50 bahu yang dibuka untuk memperluas tanaman yang ada seluas 350 bahu, sementara di Kutulu hanya kebun muda yang belum berbuah ditanami dengan kopi Liberia, dengan harapan besar yang dilontarkan. Di pulau Kabia atau Baars yang dikeluarkan dalam hak guna usaha pada tahun 1884 sebanyak 2300 pikul guano diperoleh, dibandingkan 6 ribu pikul pada tahun 1883. Pupuk seperti dahulu dikirim ke Surabaya.
Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1888
Komentar
Posting Komentar