SEJARAH AJATAPPARENG (BAGIAN 1)
Asal Nama Ajatappareng
Wilayah Lima’E Ajatappareng merupakan lima wilayah yang berdiri di sebelah barat Danau
Tempe, Danau Buaya dan Danau Sidenreng yang
ada di Sidenreng. Menurut riwayat atau lontarak, Sidenreng berasal dari kata Sirenreng yang berarti saling
berpegangan. Menurut
lontarak Sidenreng Mula Ri Timpa’na Tanae Ri Sidenreng, dahulu terjadi perselisihan antara seorang raja di Sangallaq Tana Toraja yang
bertengkar atau berselisih paham dengan delapan saudaranya. Raja itu bernama La
Maddaremmeng yang selalu mengintimidasi dan berperang dengan ke delapan
saudaranya. La Maddaremmeng menyerang kedelapan wilayah yang dikuasai masing-masing saudaranya dan
memperoleh kemenangan atas wilayah tersebut. Disebabkan hal tersebut, kedelapan
saudaranya itu meninggalkan tanah kelahiran dan wilayah kekuasaannya akibat
kalah perang dengan saudaranya sendiri. Mereka
menuju tanah datar yang memiliki danau.
Dalam perjalanan
kedelapan bersaudara itu saling berpegangan tangan merambah jalan baru melalui
semak-semak memasuki hutan karena belum adanya mata jalan yang bisa digunakan
untuk keluar meninggalkan daerah Sangallaq. Mereka saling berpegangan tangan
dengan tujuan saling menjaga satu sama lain agar tidak berpisah satu sama lain. Perbuatan tersebut yang dilakukan oleh
kedelapan bersaudara dari daerah Sangallaq, saling berpegangan tangan ini dalam
bahasa Bugis disebut sirenreng yang kemudian berubah menjadi Sidenreng.
Kedelapan bersudara ini
tiba di sebuah tepi danau bersama para pengikutnya dan membentuk sebuah
perkampungan untuk melanjutkan sebuah kehidupan yang baru. Kedelapan bersudara ini berhasil dalam menata
hidupnya yang baru dengan berternak dan menangkap ikan dan memiliki banyak pengikut baru yang
semakin hari semakin bertambah. Penduduk
di negeri ini semakin besar, tetapi belum ada yang diangkat sebagai pemimpin,
maka kedelapan orang kakak beradik dari
Sangallaq tersebut sepakat
bahwa mereka
semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tapi yang kakak tetap kakak dan
yang adik tetap adik. Namun apapun yang diputuskan oleh kakak maka itulah yang
harus ditaati dan kalau diantara pengikut-pengikut ada permasalahan, yang 7
(tujuh) orang adik mencari
jalan keluarnya. Apabila
mereka tidak dapat memecahkannya, barulah dibawa kepada kakak tertua untuk
memutuskannya dan keputusannya adalah mutlak dan bersifat tetap. Demikian pula
bilamana diantara kita (7 orang adik) ada permasalahan, akan di serahkan pula pemecahannya
kepada kakak tertua dan harus ditaati hasil keputusannya.
Jumlah
penduduk semakin hari semakin bertumbuh
dan ramai bermukim di Wattang Tappareng
dan hasil tani dan ternaknya semakin melimpah mulailah saat itu penduduknya
digelari oleh orang Bone dan Soppeng dengan nama Toraja Matappareng (Artinya : Orang Toraja yang bermukim di pesisir
danau). Berangkat dari istilah Toraja Mattappareng itulah sehingga wilayah ini
kemudian dinamakan Ajatappareng.
Setelah ke delapan
putra Raja Sangallaq dari Tana Toraja yang bermukim di Wattang Tappareng ini
meninggal dunia semua, dimulailah
era baru di daerah Sidenreng dan Rappang. Dimulakan dari Datu Patila yang menderita penyakit
kulit mengasingkan diri ketempat yang jauh akhirnya tiba di Tana Toraja,
disanalah kemudian Datu Patila mempersunting We Bolong Pattina (putri sulung La
Maddaremmeng, kemenakan kedelapan Toraja Mattapparengnge, cucu Raja Sangallaq). Tidak lama kemudian Datu Patila bersama
permaisurinya meninggalkan Tana Toraja dan singgah bermukim di Rappang. Jadilah Datu Patila sebagai Arung di Rappang dan We Bolong Pattina
menjadi Addaowang Sidenreng Pertama di Sidenreng. Oleh karena itu, Sidenreng dan Rappang biasa juga disebut sebagai kerajaan
kembar yang diikat dengan perjanjian yaitu;
“Mate Elei Rappang, Mate Arawengngi Sidenreng.
Mate Arawengngi Rappang, Mate Elei Sidenreng. yang berarti jika RappangMati di Pagi
hari, Sidenreng mati sore hari “.
Tentu saja pernyataan
ini menunjukkan persaudaraan antara Sidenreng dengan Rappang. Maksud dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hal ini
lebih ditekankan pada dimensi pertahanan. Apabila salah satu diantaranya
mendapat bencana atau serangan maka yang satunya akan turut memberikan bantuan.
Sumber : Skripsi, Kondisi Lokal Ajatapareng, Unhas.
Komentar
Posting Komentar